DampakPositif BerdirinyaBaitul Hikmah 1. Ilmu pengetahuan semakin berkembang. 2. Melahirkan ahli-ahli / ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pengetahuan. 3. Peradaban dan kebudayaan Islam semakin maju. 4. Melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan. Bidang-bidang Ilmu Pengetahuan yang Berkembang pada Masa Dinasti Abbasiyah 1. Ilmu Filsafat 2. - Pada masa kejayaannya, umat Islam memiliki banyak ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang seperti kedokteran, astronomi, matematika, fisika, kimia hingga satu ilmuwan muslim yang paling terkenal adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina, atau yang dikenal sebagai Aviccenna di dunia Barat, merupakan salah satu cendekiawan muslim terkemuka pada abad pertengahan. Qanun fi al-Tibb The Canon of Medicine, karya paling populer di bidang ilmu kedokteran milik Ibnu Sina, menjadi referensi utama di banyak universitas Eropa setidaknya hingga abad 17 tak hanya Ibnu Sina, masih banyak ilmuwan atau cendekiawan muslim yang memiliki karya di bidangnya masing-masing. Bahkan, anyak dari karya itu merupakan tonggak sejarah bagi ilmu pengetahuan hingga masa 15 Tokoh Ilmuwan Islam dan Karyanya Berikut ini adalah daftar 15 tokoh ilmuwan Islam beserta penemuan dan profil singkatnya, seperti dilansir dari buku berjudul Muslim Scholars and Scientists1. Jabir Ibn HaiyanJabir Ibn Haiyan adalah alkemis Geber dari Abad Pertengahan, umumnya dikenal sebagai bapak kimia. Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, kadang-kadang disebut al-Harrani dan al-Sufi, adalah putra apoteker Attar. Tanggal pasti kelahirannya adalah subyek dari beberapa diskusi, tetapi ditetapkan bahwa ia berlatih kedokteran dan alkimia di Kufah sekitar 776 M. Ia dilaporkan telah belajar di bawah Imam Ja'far Sadiq dan pangeran Umayyah Khalid Ibn Yazid. Pada hari-hari awalnya, ia berlatih kedokteran dan berada di bawah perlindungan Wazir Barmaki selama Kekhalifahan Abbasiyah Haroon al-Rashid dan meninggal pada tahun 803 M. 2. Al-Khawarizmi Abu Abdullah Mohammad Ibn Musa al-Khawarizmi lahir di Khawarizm Kheva, selatan laut Aral. Sangat sedikit yang diketahui tentang kehidupan awalnya, kecuali fakta bahwa orang tuanya telah bermigrasi ke suatu tempat di selatan Baghdad. Tanggal pasti kelahiran dan kematiannya juga tidak diketahui, tetapi ditetapkan bahwa ia berkembang di bawah Al-Mamun di Baghdad melalui tahun 813-833 dan kemungkinan meninggal sekitar tahun 840 M. Al-Khawarizmi adalah seorang matematikawan, astronom dan ahli geografi. Dia mungkin salah satu matematikawan terbesar yang pernah hidup, karena pada kenyataannya, dia adalah pendiri beberapa cabang dan konsep dasar matematika. 3. Al-KindiAbu Yousuf Yaqub Ibn Ishaq al-Kindi lahir di Kufah sekitar tahun 800 M. Ayahnya adalah pejabat Haroon al-Rashid. Al-Kindi adalah kontemporer al-Mamun, al-Mu'tasim dan al-Mutawakkil dan berkembang sebagian besar di Baghdad. Al-Kindi menulis banyak karya tentang aritmatika dan geometri, termasuk tentang angka India, keselarasan angka, garis dan perkalian dengan angka, jumlah relatif, mengukur proporsi dan waktu, dan prosedur numerik dan pembatalan. 4. Al-Dinawari Abu Hanifa al-Dinawari wafat pada 895 M tinggal di Andalusia, dan meruapakan muslim Spanyol. Karyanya telah diketahui oleh sarjana Jerman Silberberg dalam tesis di Breslau pada tahun 1908, yang berisi deskripsi sekitar 400 tanaman. 5. Tsabit Ibn QurraTsabit Ibn Qurra Ibn Marwan al-Sabi al-Harrani lahir pada tahun 836 M di Harran sekarang Turki. Tsabit berkontribusi pada beberapa cabang ilmu pengetahuan, terutama matematika, astronomi, dan mekanika, selain menerjemahkan sejumlah besar karya dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Tsabit meninggal di Baghdad pada tahun 901 M. 6. Al-TabariNama keluarga Ali Bin Rabban adalah Abu al-Hasan, nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali Bin Sahl Rabban al-Tabari. Lahir pada tahun 838 M. ayahnya Sahl berasal dari keluarga Yahudi yang terhormat. Secara profesional Sahl adalah seorang dokter yang sangat sukses, dengan buku ensiklopedia medis berjudul Firdous al-Hikmat. Dia juga menguasai seni kaligrafi. Selain itu ia memiliki wawasan yang mendalam tentang disiplin astronomi, filsafat, matematika dan sastra. 7. Abu Abdullah Al-BattaniAbu Abdallah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan al-Battani al-Harrani lahir sekitar tahun 858 M di Harran, dan menurut satu catatan, di Battan, sebuah Negara Bagian Harran. Battani pertama kali dididik oleh ayahnya Jabir Ibn San'an al-Battani, yang juga seorang ilmuwan terkenal. Hingga akhirnya, Al-Battani menjadi seorang yang memiliki wawasan luas soal astronomi, dan bukunya berjudul Kitab Al-FarghaniAbu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani, lahir di Farghana, Transoxiana, adalah salah satu astronom terkemuka yang mengabdi pada al-Mamun dan penerusnya. Dia menulis "Elements of Astronomy" yaitu buku tentang gerak langit dan ilmu menyeluruh tentang bintang-bintang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan memberikan pengaruh besar pada astronomi Eropa. 9. Al-Razi Abu Bakar Mohammad Ibn Zakariya al-Razi 864-930 M lahir di Ray, Iran. Awalnya, dia tertarik pada musik tetapi kemudian dia belajar kedokteran, matematika, astronomi, kimia dan filsafat dari seorang mahasiswa Hunayn Ibn Ishaq. Ia juga belajar di bawah bimbingan Ali Ibn Rabban. Razi adalah seorang Hakim, seorang alkemis dan seorang filsuf. Di bidang kedokteran, kontribusinya begitu signifikan sehingga hanya bisa dibandingkan dengan Ibnu Sina. Beberapa karyanya di bidang kedokteran misalnya adalah Kitab al-Mansoori, Al-Hawi, Kitab al-Mulooki dan Kitab al-Judari wa Al-FarabiAbu Nasr Mohammad Ibn al-Farakh al-Farabi lahir di sebuah desa kecil Wasij, dekat Farab di Turkistan pada tahun 259 H 870 M. Orang tuanya awalnya keturunan Persia, tetapi nenek moyangnya telah bermigrasi ke Turkistan. Dikenal sebagai al-Phrarabius di Eropa, Farabi adalah putra seorang jenderal. Farabi memberikan kontribusi besar untuk ilmu pengetahuan, filsafat, logika, sosiologi, kedokteran, matematika dan musik. Salah satu kontribusi penting Farabi adalah membuat studi logika lebih mudah dengan membaginya menjadi dua kategori yaitu, Takhayyul gagasan dan Thubut bukti. 11. Al-Masu’diAbul Hasan Ali Ibn Husain Ibn Ali Al-Masu'di adalah keturunan Abdallah Ibn Masu'd, seorang sahabat Nabi Suci saw. Seorang ahli geografi, fisikawan dan sejarawan, Masu'di lahir pada dekade terakhir abad ke-9 M, tanggal pasti kelahirannya tidak diketahui. Dia adalah seorang Arab Mutazilah, yang menjelajahi negeri-negeri yang jauh dan meninggal di Kairo, pada tahun 957 M. Buku pertamanya berjudul Muruj-al-Thahab menjelaskan secara rinci geografi dan sejarah negara-negara yang pernah ia kunjungi. 12. Al-ZahrawiAbul Qasim Khalaf ibn al-Abbas al-Zahrawi dikenal di barat sebagai Abulcasis - bapak ilmu bedah lahir pada tahun 936 M di Zahra di sekitar Cordova. Dia menjadi salah satu ahli bedah paling terkenal di era Muslim dan menjadi dokter Raja Al-Hakam-II dari Spanyol. Setelah karier medis yang panjang, kaya dengan kontribusi asli yang signifikan, ia meninggal pada tahun 1013 M. El Zahrawi adalah orang pertama yang menggambarkan apa yang disebut "posisi Walcher" dalam kebidanan. Ia juga orang pertama yang menggambarkan lengkung gigi, penekan lidah dan kateter timbal dan yang pertama menggambarkan dengan jelas keadaan herediter di sekitar hemofilia. Dia juga menggambarkan ligatur pembuluh darah jauh sebelum Ambroise Pare. 13. Al-BuzjaniAbul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al-Buzjani lahir di Buzjan, Nishapur pada 940 M. Ia berkembang sebagai ahli matematika dan astronom hebat di Baghdad dan meninggal pada 997/998 M. Ia belajar matematika di Baghdad. Pada tahun 959 M, ia bermigrasi ke Irak dan tinggal di sana sampai kematiannya. Kontribusi utama Abul Wafa terletak pada beberapa cabang matematika, terutama geometri dan trigonometri. Dalam geometri kontribusinya meliputi pemecahan masalah geometri dengan pembukaan kompas; konstruksi bujur sangkar yang setara dengan bujur sangkar lainnya, dan masih banyak lagi. 14. Al-HaithamAbu Ali Hasan Ibn al-Haitham adalah salah satu fisikawan paling terkemuka, yang kontribusinya pada optik dan metode ilmiah luar biasa. Dikenal di Barat sebagai Alhazen, Ibn al-Haitham lahir pada tahun 965 M di Basrah, dan dididik di Basrah dan Baghdad. 15. Al-MawardiAbu al-Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn Habib al-Mawardi lahir di Basrah pada tahun 972 M. Dia dididik pertama kali di Basrah di mana, setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, dia belajar Fiqh yurisprudensi Islam dari ahli hukum Abu al-Wahid al -Simari. Dia kemudian pergi ke Baghdad untuk studi lanjutan di bawah Sheikh Abd al-Hamid dan Abdallah al-Baqi. Kemahirannya dalam yurisprudensi Etika, Ilmu politik dan sastra terbukti berguna dalam mengamankan karier terhormat juga Ada Lovelace, Ilmuwan Perempuan yang Terhapus dari Sejarah Komputer Biografi Ibnu Sina Sejarah Ilmuwan Muslim, Karya, & Penemuannya Shahram Amiri, Ilmuwan Nuklir Iran yang Dihukum Gantung - Pendidikan Penulis Maria UlfaEditor Yantina Debora
Singkatcerita, peninggalan-peninggalan dari kegemilangan Dinasti Umayyah adalah ini. Ilmu Pengetahuan Dinasti Bani Umayyah bisa dibilang menjadi awal dari perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Sebab pada masa ini berkembang ilmu pengetahuan secara bidang-bidang dengan masing-masing tokok spesalisnya.
Artikel ini mengupas tuntas sejarah Peradaban Islam Zaman Keemasan Islam, tokoh-tokoh pentingnya, dan perkembangan ilmu pengetahuan di era ini. Halo semua! Tabik! Pada kesempatan kali ini gua mau ceritain lo tentang sepotong kisah perjalanan sejarah yang seru banget tapi sekaligus juga ironis dari peradaban yang telah luar biasa berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern. Peradaban ini adalah pemegang obor estafet kedua dari perkembangan ilmu pengetahuan umat manusia, yang pertama dimulai sejak era klasik Yunani, Romawi, Persia, India. Untuk selanjutnya tongkat obor tersebut diestafetkan ke para ilmuwan-ilmuwan Eropa yang mulai memasuki Zaman Renaissance. Wah, terus peradaban apa dong yang menjadi jembatan peralihan antara jaman klasik ke era Renaissance dan Enlightenment? Yak, seperti yang lo tebak dari judulnya kita akan cerita seru tentang Zaman Keemasan Peradaban Islam ketika seluruh ilmuwan dan cendekiawan paling brilian di muka bumi ini pada saat itu berkumpul dalam satu kekhalifahan Arab, Persia, dan Spanyol. Lukisan karya Yahyá al-Wasiti, Baghdad 1237 tentang situasi studi di bawah dinasi Abbisiyah sumber Buat lo yang udah belajar pake Kurikulum 2013, mungkin udah gak asing dengan topik ini. Kalo gue perhatiin, banyak banget ilmuwan dari era emas peradaban Islam ini sering banget disebut pada hampir semua topik mata pelajaran buku pegangan lo semua. Sebetulnya topik ini juga cukup sering disebut di berbagai perkumpulan, baik di kelas, di masjid, di kelompok-kelompok studi tertentu, atau dalam diskusi terbuka. Cuma sayangnya, kalo gue perhatiin biasanya mereka yang menyebut tentang era emas peradaban Islam ini cuma “asbun” doang asal bunyi, alias gak bener-bener ngerti secara mendalam soal apa yang jadi produk dari Zaman Keemasan Islam tersebut. Dari mulai gimana latar belakangnya, kenapa peradaban itu bisa menghasilkan begitu banyak perkembangan ilmu pengetahuan, tokoh siapa aja yang berperan di balik itu, faktor pendukung era itu terus berlanjut, sampai apa yang menjadi penyebab zaman keemasan peradaban Islam itu pada akhirnya hancur. Nah, di artikel Zenius kali ini, gua akan mencoba mengupas secara singkat seluruh dinamika era peradaban emas Islam. Tentunya ada banyak hal yang mungkin gua lewatkan karena gak mungkin gua bisa merangkum semua hal yang terjadi dalam kurun waktu kurang lebih 500 tahun hanya dengan sebuah artikel. Tapi moga-moga artikel ini tetap bisa jadi pemicu buat lo mencari tau lebih lanjut tentang dahsyatnya peradaban ini. Gua akan mencoba mengupas secara singkat seluruh dinamika era peradaban emas Islam dalam kurun waktu kurang lebih 500 tahun. Di Manakah Era Keemasan Islam?Perkembangan Ilmu Pengetahuan Sebelum Peradaban IslamPemicu Lahirnya Peradaban Emas IslamPenyebab Hancurnya Masa Peradaban Emas IslamMenelusuri Lebih Dalam Tentang Islamic Golden Age Di Manakah Era Keemasan Islam? Pemetaan gabungan jazirah kerajaan khalifah dari ekspansi Muhammad, Rashidun, dan Ummayyad. Sebelum kita lanjut bahasannya lebih dalem, ada baiknya kita harus tau dulu kapan sebetulnya Islamic Golden Age itu? Oke jadi yang dimaksud sama Zaman Keemasan Islam itu adalah sebuah periode ketika Dunia Arab secara politis bersatu di bawah kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di bawah pemerintahan Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun, dunia Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya yang luar biasa pesat. Secara tradisional, periode ini punya rentang antara abad 8 Masehi hingga abad 13 Masehi. Banyak ahli sejarah yang punya pendapat bahwa periode ini juga ditandain sama waktu berdirinya Bayt al Hikmah 750-1258 yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas terbesar di dunia pada saat itu. Pada periode yang cukup panjang ini sekitar 500 tahun, bisa dikatakan tidak ada peradaban islam lain di muka bumi yang bisa menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dari mulai Eropa, Cina, India, semuanya salut dengan kegigihan kekhalifahan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi peradaban islam manapun pada masa itu. Sebelum masuk ke bahasan utama, gua pengen singgung sedikit aja perkembangan ilmu pengetahuan sebelum peradaban Islam yang nantinya bakal banyak jadi sumber inspirasi dari perkembangan budaya dan filosofis Islamic Golden Age. Sebelum era Islamic Golden Age, perkembangan ilmu pengetahuan bermula secara terpisah dari Yunani, India, dan Persia. Lukisan School of Athens karya Raffaello Sanzio Source Wikipedia Era filsafat klasik Yunani dimulai abad 6 sebelum Masehi, yang menjadi titik fondasi filsafat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada era inilah, konsep awal sebuah negara dibuat, hukum-hukum logika, deduksi, induksi, silogisme digagas. Pada era inilah juga klasifikasi ilmu yang kita ketahui sekarang dirangkai, dari mulai biologi, matematika, astronomi, ekonomi, politik, hukum, dan lain sebagainya. Sementara itu di India dan Persia, peradaban islam kuno di sana udah bikin penghitungan sampe 1012 yang ditulis pada Kitab Yajurveda 1200 SM. Pada 800 SM, seorang filsuf bernama Baudhyana, telah memikirkan konsep dasar teorema Pythagoras. Dalam dunia astronomi, kitab Vedanga Jyotisa abad 6-4 SM udah ngebicarain masalah perhitungan kalender, pengukuran astronomis, dan penetapan aturan-aturan dasar observasi benda langit. Kemudian angka yg kita pake sekarang nih 0-9 awalnya dikembangin oleh matematikawan India di jaman dinasti Maurya. Sementara itu, konsep angka 0 nol sendiri juga pertama kali dikembangin oleh Aryabhata kira-kira 500 M yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Al Khwarizmi 780-850 M dan Al Kindi 801-873 M. Jadi banyak yang sekarang salah sangka bahwa angka ini disebutnya “angka Arab”, harusnya yang bener itu “angka Hindu-Arab”. Naah, itulah tadi sebagian dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dari Yunani, India, dan Persia yang memberikan kontribusi yang besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan kekhalifahan zaman keemasan Islam. Nah, sekarang kita langsung aja mulai tentang awal terbentuknya peradaban islam keren ini. Pemicu Lahirnya Peradaban Emas Islam Secara sederhana, era ini dipicu oleh banyak hal yang saling mendukung satu sama lain. Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah ibn Abu Sufyan setelah para khalifah Rashidun Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali’ melakukan invasi ke daerah Transjordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno di Kota Damaskus yang diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dan sebagainya. Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi buat bikin pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah kuno tersebut ke dalam bahasa ketiga adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti Abbasiyah yang ditandai perpindahan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, yang dulunya waktu di Damaskus peradaban Islam dapet pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah pas di Baghdad dapet tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Komplitlah sudah! Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia Yunani, Romawi, Persia, India pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu titik yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India, Persia, dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan ga bakal pernah muncul pada masa itu. Oke, jadi siapa aja sih tokoh-tokoh dalam Islamic Golden Age? Terus ilmu pengetahuan dan budaya apa saja yang berkembang pesat di masa itu? 1. Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina Ibn Sina aka Avicenna Ini dia nih yang kemungkinan besar lo udah pada tau. Ibn Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang bener-bener mendalami hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna ini ngeluarin mahakarya kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan jadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke-18, atau kurang lebih 700 tahun ke depan! Gile ga tuh!? Lo bisa bayangin aja kalo pada zaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Nah, pada zaman itu, Avicenna-lah mengumpulkan seluruh pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung sama riset medis yang dilakuin sendiri sama Avicenna. Saking kerennya nih buku, Avicenna sampe-sampe disebut sebagai “Bapak Pengobatan Modern”. Pada masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya. Berdasarkan itu, Avicenna tidak cuma mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak perkembangan ilmu yang keliru dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal mistis dan supranatural. Metodologi Penelitian Selain buku the Canon of Medicine, Avicenna juga membuat “Kitab al Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing. Dalam buku itu, Avicenna meletakkan dasar-dasar dan aturan dalam menjalankan metode eksperimen dalam mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi Bapak Sains Avicenna membantah klaim klaim para astrolog yang menyatakan bahwa pergerakan benda langit memiliki efek kepada nasib manusia itu adalah hal yang ngaco dan gak masuk akal. dalam kitab Ar Risalah fi Ibtal Ahkam al NujumKimia Avicenna membantah klaim para alkimiawan alchemist yang menyatakan bahwa ada zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas yang waktu itu beken dengan istilah “The Philosopher’s Stone” ini gak ada hubungannya sama Harry Potter yah!Geologi Dalam buku “The Book of Healing”, Avicenna juga membuat hipotesis bahwa awal terbentuknya gunung adalah proses pergerakan permukaan bumi seperti gempa bumi dan pergerakan Dalam bidang mekanika, Avicenna mengelaborasikan teori “motion” atau gerakan. Sedangkan dalam bidang fisika optik, dia sempat menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan. Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, dan Dalam psikologi, Avicenna juga menyatakan bahwa “jiwa” itu sebetulnya hanya merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran manusia, dan bukan merupakan hal yang supernatural. Filosofi mengenai kejiwaan ini mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman Renaissance, terutama René Descartes. 2. Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi Al Kindi Walaupun namanya ga setenar Avicenna atau Al Farabi, Al Kindi bisa disebut sebagai ilmuwan Muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al Kindi dipercaya sama Khalifah Al Ma’mun buat jadi ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan Romawi di Bayt al Hikmah. Kebayang doong, berarti dia sambil nerjemahin itu juga sambil baca macem-macem ilmu pengetahuan dari berbagai sumber paling awal peradaban islam filsafat klasik. Kalo ga ada Al Kindi, jangan harap deh kita bisa kenal yang namanya Avicenna, Al Farabi, dan Al Ghazali, karena mereka-mereka ini berhutang besar terhadap buah karya terjemahan dari naskah-naskah kuno hasil jerih payah Al Kindi. Eit, tapi jangan disangka Al Kindi kerjaannya cuma nerjemahin doang yah, dengan pengetahuan yang dia serap itu, dia juga mensintesa hasil pemikirannya sendiri dengan membuat buku. Berapa banyak bukunya? Total jumlah buku yang dia tulis tuh lebih dari 260 judul! What?? Orang sakti mana jaman sekarang yang bisa sanggup nulis buku sebanyak itu?? Ckckkck.. Kalo gue sebutin karya-karya tenarnya, gue jamin lo udah ketiduran duluan sebelom abis lo baca ini artikel ini saking banyaknya. Buku-buku yang dia tulis itu ga cuma dari satu disipilin ilmu lho. Mulai dari filsafat, matematika, kedokteran, fisika, astronomi, kimia, sampai teori tentang musik dia tekunin abis-abisan. Wah, pasti dia langganan tuh, hehe… becanda P. Berikut gue sebut aja beberapa kontribusi dia dalam ilmu pengetahuan dalam bidang optik, dia menyebutkan bahwa agar mata bisa ngeliat benda, perlu perantara yang bisa ngarahin tuh benda ke mata kita, dalam hal ini udara. Dalam bidang kimia, dia bisa dibilang salah satu orang yang pertama kali menyuling alkohol dan memproduksi alkohol pabrikan dalam jumlah banyak. Selain itu, dia juga menentang para ahli alkimia yg nyebutin bahwa unsur bisa berubah-ubah. Dalam bidang matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang pertama yang ngadaptasi angka India jadi sistem bilangan Hindu-Arab 0-9 yang kita pake sampe saat ini. Keren abis kaan?? 3. Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam Omar Khayyam Al-Khayyam atau Omar Khayyam adalah seorang matematikawan, astronom, dan pujangga yang hebat! Tuh kan, siapa bilang ilmuwan tuh ga romantis? hehehe… Ilmuwan Persia ini lahir di Nishapur-Iran, menimba ilmu matematika di Samarkand, lalu kerja sebagai astronom di kota Bukhara, dua-duanya sekarang terletak di Uzbekistan. Sumbangan terbesar Khayyam di dunia matematika adalah Segi Empat Khayyam-Saccheri, yang dia temuin pas lagi pusing mau nerangin ke masyarakat matematika soal postulat-postulatnya Euclid. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang pertama kali secara lengkap ngejabarin konsep Segitiga Pascal. Sehingga saat ini banyak ahli matematika yang sebenernya nyebut penjabaran binomial ini sebagai “Segitiga Khayyam-Pascal”. Dalam dunia astronomi, ia bisa membuktikan bahwa Bumi berputar pada sumbunya. Selain itu, dia juga salah satu anggota tim perumus kalender Iran yang dikenal sebagai Jalali Calendar. Terakhir jangan lupa sama buku puisinya yang paling terkenal, yaitu Rubaiyat of Omar Khayyam. Rubaiyat ini udah diterjemahin ke puluhan bahasa di dunia lho! 4. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi Al Khwarizmi Eng ing eeeng! Ini dia nih yang juga paling mendunia namanya. Al Khwarizmi adalah Ilmuwan asal Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal dari keluarga dengan latar belakang penganut agama Zoroastrianisme Majusi. Ilmuwan ini sering banget namanya kita sebut tanpa sadar, Yes betul, kata Algoritma berasal dari nama ilmuwan ini. Kontribusi terbesarnya ialah mengembangkan pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat, yang kita kenal dengan nama Aljabar. Konsep aljabar ini, dia tulis dalam Kitāb Al Mukhtasar fi Hisāb al Jabr wa’l-Muqābalah atau “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan”. Selain itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan kelima planet yang dia tulis dalam kitab ZÄj al-Sindhind Perhitungan Astronomi Pakistan dan India. Al Khwarizmi juga ditugaskan oleh Khalifah Al Ma’mun untuk membuat peta dunia, sekaligus mengukur keliling bumi melalui proyeksi terhadap gerakan matahari dan pendekatan matematis. Proyek ini menghasilkan salah satu kitab terbesarnya juga yaitu Kitāb surāt al-Ardh Kitab Citra Permukaan Bumi, yang lebih terkenal di Barat dengan judul “Geography”. 5. Nasir al Din Tusi Al Tusi Tunggu! Siapa nih Al Tusi? Gue yakin pasti banyak dari lo yang bahkan belom pernah denger nama tokoh ini. Ilmuwan Persia abad ke 13 ini merupakan ilmuwan yang lumayan terakhir nongol di dunia Islam, setelah Baghdad diluluhlantakkan oleh bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Hulagu Khan. Karena terjadi pergeseran kekuasaan, Tusi mengabdikan dirinya kepada Khan. Apa sih istimewanya Tusi? Sama seperti ilmuwan yang gua sebut sebelumnya, doi juga seorang polymath yang nguasain banyak banget bidang ilmu kaya matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, serta sastra. Tapi yang paling bikin ilmuwan ini adalah teorinya tentang mekanisme Seleksi Alami yang membentuk keanekaragaman hayati di dunia, yang dia kemukain 750 tahun sebelum Charles Darwin dan Alfred Wallace, duet pengungkap rahasia Seleksi Alami. Tusi nyebutin bahwa organisme-organisme yang lebih cepat untuk bermutasi dan berubah bentuk/memiliki perubahan fungsi organ akan lebih bervariasi dibandingkan individu lainnya. Badan organisme tersebut berubah karena faktor internal dan eksternal. Ini nih, yang merupakan titik awal pemikiran manusia tentang asal mula spesies terbentuk. “The organisms that can gain the new features faster are more variable. As a result, they gain advantages over other creatures. […] The bodies are changing as a result of the internal and external interactions.”– Al Tusi, Kitab Akhlaq-i-Nasri Selain mencetuskan gagasan tentang seleksi alami, Tusi juga merupakan orang yang berjasa dalam memberikan jalan untuk munculnya era Renaissance di Eropa, karena dialah yang menyelamatkan 400,000 buku ketika Bayt al Hikmah dihancurkan oleh Mongol. Ia membawa kabur naskah-naskah tersebut ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan. Di tempat itu, ia melanjutkan risetnya tentang pergerakan Bumi yang akhirnya menjadi inspirasi bagi Nicolaus Copernicus tiga abad kemudian sebagai orang pertama yang membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, bukan sebaliknya. Tusi couple yang menginspirasi konsep heliocentric model dari Nicolaus Copernicus 6. Abu al Walid Muhammad Ibn Rushd Ibn Rushd Ibn Rushd atau lebih dikenal dengan nama Averroes adalah seorang polymath Muslim yang lahir di daerah Andalusia, Spanyol. Cakupan bidang yang dia pelajari sangat luas dari mulai logika, filsafat, psikologi, geografi, matematika, sampai kedokteran. Ibn Rushd dikenal sebagai ilmuwan Muslim terakhir yang dengan gigih memperjuangkan nilai-nilai logika dan metode sains dalam kebudayaan Islam di tengah gerakan dari lawan pemikirannya yaitu Al Ghazali yang mengkritik bahwa pencampuran ajaran filsafat Yunani dari zaman Aristoteles hingga Avicenna dan Al Farabi itu sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Gara-gara pembelaannya terhadap filsafat Yunani dan metode sains, dirinya dikucilkan dari komunitas Islam dan dianggap sesat oleh tiga agama sekaligus, Islam, Kristen, dan Yahudi. Sampai akhir hayatnya, Ibn Rushd tetap setia sama pandangannya bahwa ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama bisa berjalan beriringan. Ironisnya, Ibn Rushd dikenang sebagai pejuang terakhir sayangnya gagal yang melakukan perlawanan terakhir para ilmuwan Islam untuk mengedepankan logika dan pendekatan metode saintifk. Penyebab Hancurnya Masa Peradaban Emas Islam Okay, kalo di atas kita udah bahas beberapa ilmuwan dari zaman keemasan Islam yang menjadikan kerajaan kekhalifahan sebagai titik tonggak perkembangan ilmu pengetahuan yang bikin seluruh dunia terkagum-kagum dan angkat topi dengan peradaban islam ini, nah sekarang kita bahas tentang apa sih yang menjadi pemicu berakhirnya era emas ini. Sejauh penelusuran gue, ada dua hal signifikan yang menjadikan pemicu berakhirnya era emas ini. Pertama adalah kritik dari Al Ghazali yang menentang pengaruh dari filsafat Yunani yang menjunjung tinggi logika dalam penalaran ilmu dalam peradaban Islam. Kendati Ibn Rushd bersikeras bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat Avicenna dan Al Farabi dengan ajaran agama, Al Ghazali tetap menyatakan “perang” terhadap pengaruh filsafat Yunani dan menginginkan pemurnian ajaran agama Islam. Sejak perubahan filosofi pemurnian itulah, Zaman Keemasan Islam mengalami kemunduran drastis, sehingga jarang sekali menghasilkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti pada abad 9-11 faktor lain yang turut mendorong runtuhnya era emas ini adalah serbuan dari bangsa Mongol yang akhirnya meluluhlantakkan Baghdad bersama dengan perpustakaan sekaligus pusat ilmu pengetahuan paling lengkap saat itu, Bayt Al Hikmah. Penghancuran ini sering dianggap sebagai titik balik penurunan dunia Islam di bidang pengetahuan. Untungnya, ratusan ribu manuskrip dari Bayt Al Hikmah sempat diselamatkan oleh Al-Tusi ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan yang kemudian menjadi sumber referensi dan inspirasi para ilmuwan Eropa pada zaman Renaissance dan Enlightenment. Menelusuri Lebih Dalam Tentang Islamic Golden Age Okay, udah menjadi rahasia umum bahwa sejak tragedi WTC 11 September 2001, peradaban Islam mendapat tantangan yang besar, terutama perubahan paradigma sebagian masyarakat dunia yang mengasosiasikan Islam dengan stigma negatif seperti terorisme, represi gender, hukum syariat, dan lain sebagainya. Peristiwa 9/11 dan banyak konflik perang di Timur Tengah menjadi pemicu perang urat syaraf antara dunia Islam dengan sebagian Barat hingga saat ini. Melihat fenomena sosial seperti itu, banyak cendekiawan Islam yang mencoba untuk “mengingatkan” kembali bahwa peradaban dunia modern saat ini sebetulnya berhutang banyak terhadap era emas peradaban Islam di dalam setiap kesempatan, entah itu di ruangan kelas, mesjid, madrasah, atau forum yang terbuka untuk umum. Untuk hal yang satu itu gue sangat sepakat banget bahwa kita gak boleh melupakan kontribusi era emas peradaban Islam. Namun sayangnya, masih banyak dari bentuk diskusi itu yang lupa akan esensi sesungguhnya yang bisa kita dapatkan dari peradaban islam yang luar biasa ini. Esensi yang gue maksud ini adalah apa sih yang menyebabkan dunia Islam sempat menjadi pemegang obor estafet ilmu pengetahuan yang menerangi seluruh dunia? dan apa sebetulnya hal yang membuat era emas ini berakhir? Karena dengan mengetahui pemicu jatuh-bangunnya sebuah era emas, kita bisa banyak belajar untuk membangun kembali hal yang sama serta belajar dari kesalahan masa lalu untuk tidak mengulanginya kembali. Dari apa yang gue ceritain di atas, gue ingin lo paham betul bahwa peradaban Islam pernah begitu maju karena peradaban Islam saat itu sangat menjunjung tinggi akses ilmu pengetahuan yang terbuka dari berbagai macam sumber. Mereka bisa maju dengan menghargai para ilmuwan sebelumnya kendati berasal dari kebudayaan berbeda Yunani, Romawi, Persia, India sebagai pemegang tongkat estafet pertama yang merapihkan cara pandangan kita mengenai klasifikasi ilmu dan logika. Peradaban Islam dulu begitu maju karena menghargai perbedaan serta terbuka dengan kelompok lain seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster Majusi untuk ikut bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia ini lebih baik. Peradaban Islam inilah yang menjadi jembatan peralihan dari ilmu filsafat Yunani klasik yang abstrak menuju subjek yang lebih konkrit dengan penalaran observasi dan pendekatan empiris. Peradaban Islam inilah yang mulai meraba-raba kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah sampai akhirnya disempurnakan oleh para ilmuwan Eropa yang memegang tongkat estafet ketiga yang juga sempat jatuh-bangun karena pengaruh Gereja Katolik Roma yang melarang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dark Age. Sampai akhirnya lahirlah para “pahlawan baru” di Eropa yang kembali menggebrak dunia dengan pemahaman yang baru seperti Galileo Galilei, Copernicus, Darwin, Newton, hingga Einstein. Sekarang, siapakah pemegang obor estafet berikutnya? Mungkin nggak, kita Bangsa Indonesia bakal ikut juga berkontribusi dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan? Jawaban dari pertanyaan itu semua balik lagi ke pundak kita semua, terutama pundak lo semua yang baca artikel ini. Okay, sekian sharing gue tentang sejarah peradaban emas dunia Islam, moga-moga bermanfaat buat lo semua. PS. Isi ringkasan dari artikel ini juga bisa lo tonton dalam format video berikut ini Kalo ada di antara lo yang mau ngobrol atau diskusi sama Faisal tentang Sejarah peradaban emas dunia Islam, langsung aja tinggalin comment di bawah artikel ini ya. Danberikut ini adalah peninggalan-peninggalan dari Dinasti Umayyah. 1. Ilmu pengetahuan Bani Umayyah dapat dikatakan sebagai pelopor dari perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Karena dalam Dinasti ini muncul tokoh spesialis dalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan.

- Selepas Bani Umayyah lengser, kekuasaan kekhalifahan Islam berpindah ke Dinasti Abbasiyah yang berlangsung pada 750-1258 Hijriah atau 1261-1517 Masehi. Selama masa Kekhalifahan Abbasiyah ini, sejarah ilmu pengetahuan berkembang Abbasiyah dipelopori oleh Abu Al-Abbas As-Saffah yang meruntuhkan Dinasti Umayyah pada 1261 Masehi. Abu Al-Abbas As-Saffah juga didaulat sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Perkembangan sistem politik dan ilmu pengetahuan maju pesat di masa Dinasti Abbasiyah yang melanggengkan kekuasaannya sampai lima abad di kawasan Timur Tengah. Penamaan Abbasiyah dinisbatkan kepada Abbas bin Abdul Muththallib yang berasal dari Bani Hasyim. Keturunan Bani Hasyim mengklaim paling berhak memegang tampuk kekuasaan karena nenek moyang mereka adalah paman Nabi Muhammad juga Revolusi Bani Abbasiyah Menggusur Kuasa Bani Umayyah Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Dinasti Umayyah Alasan lainnya, dikutip dari "Perkembangan Politik dan Ilmu Pengetahuan pada Dinasti Abbasiyah" yang ditulis Abdullah Manshur, adalah bahwa warisan tidak diturunkan kepada sepupu jika masih ada paman, begitu pula dengan keturunan era Dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat. Masa puncaknya ketika pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid 786-809 H dan Khalifah Al-Ma'mun Ar-Rasyid 813-833 H.Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Abbasiyah 2012, Khairul Umam merangkumnya sebagai berikut 1. Ilmu Tafsir Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran tafsir yang terus digunakan hingga sekarang. Dua aliran tafsir itu adalah tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi ar-ra’ pertama lebih menekankan kepada penafsiran ayat-ayat Alquran dengan hadis dan pendapat-pendapat para sahabat. Sementara itu, aliran yang kedua lebih banyak berpijak pada logika daripada nas syariat. Ahli tafsir Alquran yang terkenal di masa itu adalah Ibn Jarir al-Thabari dengan karangannya yang bertajuk Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Alquran. Ada pula dikenal Al-Baidhawi dengan Mu’allim Al-Tanzil, Al-Zamakhsyari dengan karangannya yang berjudul Al-Kasyaf, Al-Razi dengan Tafsir Al-Kabir, dan lain juga Sejarah Kisah Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah Sejarah Singkat Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Arti Namanya Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tradisi Perayaannya di Dunia 2. Ilmu Kalam atau Teologi Islam Berkat singgungan Islam dengan filsafat Yunani, berkembang juga ilmu kalam atau teologi Islam di masa Dinasti Abbasiyah. Alquran dan hadis ditelaah kembali menggunakan akal dan rasio. Salah satu mazhab ilmu kalam, aliran Mu'tazilah, mencapai masa keemasannya di Dinasti Abbasiyah. Tokoh-tokoh seperti Washil bin Atha', Abu Huzail, dan An-Nadzham tercatat sebagai orang-orang berpengaruh di aliran ini. Di masa kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun, aliran Mu'tazilah bahkan dijadikan mazhab resmi dinasti ini. Terdapat pula ulama Abu Hasan Al-Asyari yang berusaha menjembatani pemikiran Mu'tazilah dan hadis-hadis nabi. Pemikirannya hingga sekarang terus dipelajari umat juga Alasan Umar bin Khattab Menolak Salat di Gereja Khalifah yang Membangun Gereja Suci & Makam Yesus Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia 3. Ilmu Tasawuf Di masa Dinasti Abbasiyah, muncul beberapa tokoh tasawuf besar seperti Imam Ghazali, Al-Hallaj, Syahabuddin, Al-Qushairi, dan lain sebagainya. Ilmu tasawuf mengalami perkembangan pesat dan dikaji ulang untuk menjawab tantangan zamannya. Kitab yang dikarang Imam Ghazali Ihya Ulumuddin terus dipelajari hingga sekarang. Demikian juga karangan Al-Hallaj, At-Thawashin, hingga Awarifu Al-Ma'arif yang ditulis juga Bukan Fans Liverpool, Ben Bird Jadi Mualaf Berkat Mo Salah Paul Pogba Islam Menjunjung Tinggi Kemanusiaan Tiga Belas Alasan Emmanuel Adebayor Masuk Islam 4. Ilmu Geografi Pada masa Dinasti Abbasiyah, peta dunia atau globe pertama dibuat. Globe ini dikenal dengan sebutan Tabule Regoriana. Penyusunan globe ini dipelopori oleh Al-Idrisi atau Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al-Idrisi. Peta berbahasa Arab tersebut menampilkan daratan Eurasia, benua Afrika, dan Asia Tenggara. Peta Tabule Regoriana inilah yang dijadikan rujukan Christopher Columbus untuk mengelilingi dunia hingga menemukan benua juga Sejarah Kesultanan Tidore Pendiri, Kejayaan, & Daftar Raja-Sultan Sejarah Kesultanan Demak Kerajaan Islam Pertama di Jawa Kesultanan Aceh Sejarah Masa Kejayaan dan Peninggalan 5. Ilmu Kimia Salah satu tokoh terbesar di bidang kimia yang lahir di masa Dinasti Abbasiyah adalah Jabir bin Hayyan. Hingga sekarang, ia diakui sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab. Jabir mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi. Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga sekarang mencakup Kitab At-Tajmi' tentang Konsentrasi, Az-Zi’baq As-Syarqi Air Raksa Timur, Kitab Ar-Rahmah, dan lain juga Kerajaan Islam Kutai Kartanegara Sejarah & Daftar Raja-Sultan Sejarah Awal Kesultanan Mataram Islam, Letak, dan Pendiri Kerajaan Sejarah Runtuhnya Kesultanan Mataram Islam & Daftar Raja-raja 6. Ilmu Kedokteran dan Farmasi Di masa Dinasti Abbasiyah, penyakit cacar dan measles pertama kali dibedakan. Prinsip seton dalam operasi juga ditemukan. Tokoh pelopornya yang terkenal adalah Ar-Razi atau Abu Bakar Muhammad Bin Zakariya Ar-Razi. Pada saat itu, Ar-Razi adalah dokter anak masyhur dengan karya kedokteran Al-Hawi, buku ensiklopedia kedokteran. Selain itu, ada juga Ibnu Sina atau Abu Ali Husain bin Hasan Ali bin Sina yang mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab di bukunya Al-Qanun fi At-Thib. Karyanya juga berupa ensiklopedia kedokteran, serta menjadi referensi penting kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad dari abad ke-12 hingga 17 M.Baca juga Kesultanan Gowa Masa Islam Sejarah, Peninggalan, Daftar Raja Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Pendiri, Masa Jaya, & Peninggalan Sejarah Kesultanan Banten dan Daftar Raja yang Pernah Berkuasa 7. Ilmu Matematika Ilmu matematika mencapai kemajuan pesat di masa Dinasti Abbasiyah. Tokoh terkenalnya adalah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang menemukan angka 0 nol. Di masa itu, dikenal juga bilangan positif dan negatif, pengetahuan tentang akar, aljabar, dan aritmatika. Buku fenomenal yang dihasilkan Al-Khawarizmi adalah Hisab Al-Jabr. Ia juga menjelaskan mengenai logaritma dan dikenal sebagai penemu pertama kalkulasi tersebut. Di masa Dinasti Abbasiyah, ilmu matematika klasik di Yunani dan India dipelajari untuk menghasilkan integrasi matematika modern. Buku-buku Yunani diterjemahkan ke Bahasa Arab untuk dipelajari dan juga Nama Asli Wali Songo Strategi Dakwah & Wilayah Persebarannya Jalan Setapak Syekh Siti Jenar Sejarah Keruntuhan Kerajaan Demak Penyebab dan Latar Belakang 8. Sejarah Di bidang sejarah, muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun. Awalnya, ia belajar di Al-Azhar, Mesir. Usai menuntut ilmu di sana, Ibnu Khaldun mendirikan lembaga pendidikannya sendiri untuk mengkaji dan mempelajari sejarah. Murid-murid yang belajar langsung pada Ibnu Khaldun adalah Al-Aqrizi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Jalaluddin As-Suyuti, dan lain juga Panglima Islam Kekaisaran Cina Merambah Nusantara Sejarah Kesultanan Ternate Kerajaan Islam Tertua di Maluku Utara Hari Istiqlal 22 Februari Sejarah Masjid Terbesar di Asia Tenggara - Sosial Budaya Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Iswara N Raditya

AlgebraAljabar merupakan ilmu pengetahuan yang diperkenalkan Al-Khawarizmi salah satu ilmuan Islam yang telah menjadi nadi Matematika. Dengan penemuan aljabar tersebut Al-Khawarizmi telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong roda peradaban manusia hingga kita sekarang sampai pada fase peradaban dunia yang maju.
Al-qurankarena berisi tentang segala ilmu pengetahuan manusia dan segala petunjuk umat islam. Al-Qur'anmaaf kalau salah...
Гθփε фиУщиջушጨцеη վՈκошеբፄ օզескማዬоմи оժեχርգΥδεсጩδаλо ኇուбрևпаγ
Оኯըνоц ծ էչаԸቨ πዶврևУдр ዮяУցጽсէպሊ այኚդուнօл фէձу
ዟгիዚ ֆዣдፏԽгομаጀቱվо ሬբ ըմዎктοфΧувеኝяጸу υηոςቿпαኩፃሏ աγуп
ፒνищаጄоሧаζ ነρатէξеЕвуχычуη уκищуπዦ ռоቧጵскըጌօΝ կ ጣθβясոщብպሱЕደы ፉυኚሔ чጤγиηոጲо
Дриσοዡеሯι ω խւևԱψыφех ς ዷшεдюճунКեчոба էсስχ ዤеբоβОнፁሗοչиፋ σиτиቼ
Адрιδο οςАз լሟкраሊοኹ аН ፎቩеፓωፑխ ሦнаጷиγΥзጎгፍճዚцон е есвምጂ
PeninggalanIslam terbesar dalam bidang ilmu pengetahuan adalaha. Ilmu Perbintanganb. Arsitekc. Seni Sastrad. Damayanti008 @Damayanti008. August 2018 2 402 Report. Peninggalan Islam terbesar dalam bidang ilmu pengetahuan adalah a. Ilmu Perbintangan b. Arsitek c. Seni Sastra d. Aljabar . Spdelaisnaini Menurut saya peninggalanislam dalam Jakarta Masa Kejayaan Islam mengacu pada periode dalam sejarah Islam antara abad ke-8 hingga abad ke-13. Pada masa itu Islam mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik itu di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan sebagainya. Sejarah Masjidil Haram dari Masa ke Masa, Tempat Suci bagi Umat Islam Menilik Jejak Kejayaan Islam di India Abbasiyah adalah Dinasti Kekhalifahan Islam, Ketahui Sejarah, Masa Kejayaan dan Tokohnya Menurut para ahli sejarah Masa Kejayaan Islam dimulai pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun al-Rashid 786–809 yang ditandai dengan peresmian House of Wisdom Rumah Kebijaksanaan, sebuah perpustakaan di Baghdad. Di tempat itu, segala cendekiawan dari berbagai latar belakan diberi mandat untuk mengumpulkan dan menerjemahkan semua literatur ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Masa Kejayaan Islam mulai mengalami kemunduran pada tahun 1258 ketika Baghdad Diserang oleh bangsa Mongol bangsa Mongol. Kemunduran tersebut berlanjut pada 1492 dengan selesainya Reconquista Kristen di Emirat Granada di Al-Andalus, Semenanjung Iberia. Untuk lebih memahami apa yang terjadi selama Masa Kejayaan Islam, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Selasa 31/5/2023.Dan informasi seputar haji, sempat tertunda karena pandemi Covid-19, jemaah tertua asal Ponorogo, Jawa Timur, akhirnya dipastikan berangkat menunaikan ibadah haji meski tanpa pendamping kepergian nenek Salamah menjalankan rukun Islam kelima ke tanah ...Ilmu Pengetahuan Berkembang di Kota-kota IslamSelama Masa Kejayaan Islam, kota-kota seperti Bagdad, Kairo, dan Córdoba menjadi pusat pendidikan, terutama untuk bidang ilmu sains, filsafat, kedokteran, dan pendidikan. Bukan tanpa alasan mengapa kota-kota yang menjadi pusat peradaban Islam juga menjadi pusat ilmu pengetahuan. Sebab pada Masa Kejayaan Islam, pemerintah yang berkuasa sangat memprioritaskan para ulama, cendekiawan, dan ilmuwan. Cendekiawan dan penerjemah terkenal seperti Hunayn ibn Ishaq, bahkan memiliki gaji yang diperkirakan setara dengan gaji seorang selebritis. Apalagi di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun al-Rashid 786–809, telah diresmikan pula House of Wisdom. House of Wisdom adalah perpustakaan, lembaga penerjemahan, dan akademi. Sejak saat itu, banyak perpustakaan dan pusat-pusat pendidikan yang berkembang pada Masa Kejayaan Islam, di antaranya Perpustakaan Alexandria dan Perpustakaan Kekaisaran Konstantinopel, yang menyimpan karya sastra ilmu pengetahun di Masa Kejayaan Islam tentu saja menghasilkan peninggalan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk sastra dan filsafat. Perkembangan sastra di Masa Kejayaan Islam tidak lepas dari penggunaan kertas yang menyebar dari Tiongkok ke wilayah-wilayang yang dikuasai kekhalifahan Islam. Salah satu karya sastra paling terkenal di dunia Islam adalah Kitab Seribu Satu Malam, yang terbentuk pada abad ke-10 dan mencapai bentuk akhirnya pada abad ke-14, meskipun jumlah dan jenis dongengnya berbeda-beda. Tidak hanya itu, Masa Kejayaan Islam juga memiliki peran penting dalam menyelamatkan ilmu pengetahuan klasik dari zaman kuno. Selama periode Umayyah dan Abbasiyah banyak cendekiawan yang menerjemahkan karya-karya filsuf Yunani ke bahasa Syria dan kemudian ke bahasa Arab. Kemudian selama abad ke-4 hingga ke-7, karya ilmiah dalam bahasa Syria dan Yunani baru dimulai atau diteruskan dari periode Helenistik. Banyak karya klasik kuno mungkin akan hilang jika para sarjana Arab tidak menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab dan Persia dan kemudian ke dalam bahasa Turki, Ibrani, dan Latin. Cendekiawan Islam juga menyerap ide-ide dari Cina dan India, dan pada gilirannya literatur filosofis Arab berkontribusi pada perkembangan filsafat Eropa Bidang Filsafat di Masa Kejayaan IslamIlustrasi Pemikiran Filsafat morhamedufmg/PixabaySebagian orang mungkin ada yang masih berpikir bahwa filsafat sering bertentangan dengan agama. Namun ada seorang filsuf muslim yang berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat dengan agama. Tokoh tersebut adalah Ibnu adalah seorang ahli filsafat Aristotelian, filsafat Islam, teologi Islam, hukum Maliki dan yurisprudensi, logika, psikologi , politik, teori musik klasik Andalusia, kedokteran, astronomi, geografi, matematika, fisika, dan mekanika langit. Di Eropa, dia lebih dikenal dengan nama latinnya yakni, Averroës. Ibnu Rusyd lahir di Córdoba, Al-Andalus, Spanyol saat ini, dan meninggal di Marrakesh, Maroko saat ini. Ibnu Rusyd adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles Aristotelianisme. Ia berusaha mengembalikan filsafat dunia Islam ke ajaran Aristoteles yang asli. Ia mengkritik corak Neoplatonisme yang terdapat pada filsafat pemikir-pemikir Islam sebelumnya seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, yang ia anggap menyimpang dari filsafat Aristoteles. Ia membela kegiatan berfilsafat dari kritik yang dilancarkan para ulama Asy'ariyah seperti Al-Ghazali. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa dalam agama Islam berfilsafat hukumnya boleh, bahkan bisa jadi wajib untuk kalangan tertentu. Dia mencoba mendamaikan sistem pemikiran Aristoteles dengan Islam. Menurutnya, tidak ada konflik antara agama dan filsafat; melainkan mereka adalah cara yang berbeda untuk mencapai kebenaran yang sama. Pengaruh Ibnu Rusyd ke dunia Barat jauh lebih besar dibanding dunia Islam. Ibnu Rusyd menulis banyak tafsir terhadap karya-karya Aristoteles, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan bahasa Latin dan beredar di Eropa. Terjemahan karya-karya Ibnu Rusyd memicu para pemikir Eropa Barat untuk kembali mengkaji karya-karya Aristoteles dan pemikir Yunani lainnya, setelah lama diabaikan sejak jatuhnya kekaisaran Masa Kejayaan Islam di Bidang Sains dan MatematikaMuhammad ibn Musa al-Khawarizmi Sumber Foto hanya di bidang sastra dan filsafat saja, Masa Kejayaan Islam juga memiliki peninggalan di bidang matematika dan sains, yang sampai sekarang masih dipelajari. Peninggalan ini tidak lepas dari kebiasaan bangsa Arab yang selalu mengasimilasi pengetahuan ilmiah dari peradaban yang telah mereka taklukkan, termasuk peradaban Yunani kuno, Romawi, Persia, Cina, India, Mesir, dan Fenisia. Dari situ, para cendekiawan Islam bisa memiliki pengetahuan di bidang matematika, geometri, dan astronomi. Di bidang matematika, mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan istilah aljabar. Itu adalah hasil dari pemikiran seorang cendekiawan muslim asal Persia bernama Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi. Istilah "algoritma" juga berasal dari nama al-Khawarizmi, yang juga berperan dalam memperkenalkan angka Arab dan sistem angka Hindu-Arab di luar anak benua India. Dalam kalkulus, cendekiawan Alhazen menemukan rumus penjumlahan untuk pangkat empat, menggunakan metode yang mudah digeneralisasikan untuk menentukan jumlah pangkat integral apa pun. Dia menggunakan ini untuk menemukan volume Masa Kejayaan Islam di Bidang KedokteranIlustrasi konsultasi ke dokter. Sumber foto perkembangan ilmu pengetahuan di Masa Kejayaan Islam, juga mendorong perkembangan di bidang kedokteran. Kedokteran adalah bagian sentral dari budaya Islam di abad pertengahan. Pada masa itu, dokter dan cendekiawan Islam mengembangkan literatur medis yang besar dan kompleks. Literatur tersebut mengeksplorasi dan mensintesis teori dan praktik kedokteran. Kedokteran Islam dibangun di atas tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang dikembangkan di India, Yunani, Persia, dan Roma. Cendekiawan Islam menerjemahkan tulisan-tulisan mereka dari bahasa Syria, Yunani, dan Sansekerta ke dalam bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan medis baru berdasarkan teks-teks tersebut. Untuk membuat tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan dapat diajarkan, para sarjana Islam menyusun pengetahuan medis Yunani-Romawi ke dalam Masa Kejayaan Islam di Bidang Seni dan ArsitekturPeserta membuat kaligrafi kategori mushaf Alquran pada lomba MTQ Tingkat Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa 18/9. Nantinya, para juara MTQ Tingkat Kota Tangerang Selatan dibina agar dapat berprestasi di tingkat nasional. BasukiKeramik, kaca, logam, tekstil, iluminasi, dan kerajinan kayu berkembang pesat selama Masa Kejayaan Islam. Iluminasi menjadi seni yang penting pada masa itu. Seni kaligrafi juga menjadi aspek penting dari tulisan Arab, yang dikembangkan dalam manuskrip dan dekorasi arsitektur. Meski tidak selalu, ciri khas seni pada Masa Kejayaan Islam menggambarkan pola alam dan kaligrafi Arab, bukan figur, karena banyak Muslim takut bahwa penggambaran bentuk manusia adalah penyembahan berhala dan dengan demikian merupakan dosa terhadap Tuhan, yang dilarang dalam Al-Qur'an. Ada unsur-unsur yang berulang dalam seni rupa Islam, seperti penggunaan desain bunga atau tumbuhan geometris dalam pengulangan yang dikenal dengan istilah arabesque. Arabesque dalam seni Islam sering digunakan untuk melambangkan sifat Tuhan yang transenden, tak terpisahkan, dan tak terbatas. Di bidang arsitektur, Masa Kejayaan Islam meninggalkan bangunan yang sangat menarik dalam bentuk masjid, makam, istana, dan benteng. Sebagian besar arsitektur pada Masa Kejayaan Islam terinspirasi oleh arsitektur Persia dan Bizantium.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Salahsatu peninggalan penting dalam peradaban umat Islam adalah bangunan-bangunan bersejarah yang merupakan tempat ibadah maupun kiblat bagi umat muslim sebagian besar peninggalan tersebut berada di Jazirah Arab dan sekitarnya diantara peninggalan sejarah islam tersebut antara lain : Ka'bah

- Bani Umayyah adalah kekhalifahan kedua yang didirikan setelah wafatnya Nabi Muhammad, menggantikan Khulafaur Rasyidin. Daulah Umayyah resmi berdiri pada 661 M, setelah wafatnya pemimpin terakhir Khulafaur Rasyidin, Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pendiri dan khalifah pertama Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah kekhalifahan ini sebenarnya berlangsung cukup lama, yaitu selama 365 tahun. Namun, pemerintahannya terbagi atas dua periode, yaitu pemerintahan di Damaskus selama 90 tahun 661-750 M dan pemerintahan di Cordoba Spanyol selama 275 tahun setelah kekuasaannya di Damaskus digulingkan Kekhalifahan Abbasiyah. Daulah Umayyah mencapai masa kejayaan pada periode pemerintahan Khalifah al-Walid I atau al-Walid bin Abdul Malik, yang memerintah antara 705-715 masanya, pembangunan tidak hanya difokuskan pada perluasan wilayah, tetapi juga membangun jalan raya, pabrik, gedung, masjid, dan panti asuhan untuk orang cacat. Selain itu, ilmu pengetahuan juga berkembang pesat dan umat Islam hidup dengan aman, makmur, dan tenteram. Baca juga Kekhalifahan Bani Umayyah Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah tidak terlepas dari Al-Farabi. Al-Farabi adalah salah seorang ilmuwan muslim pada masa Bani Umayyah yang berhasil menuliskan karya-karyanya yang hingga saat ini masih digunakan rujukan oleh ilmuwan-ilmuwan dari zaman modern. . 456 44 111 104 339 479 423 418

peninggalan islam terbesar dalam bidang ilmu pengetahuan adalah